EVENT / Music / August 2020

Kejutan Album Baru Taylor Swift Bertajuk Folklore

Siapa yang tak kenal Taylor Swift? Khususnya kaum millenial, pasti tahu dan bahkan menggemari penyanyi kawakan satu ini. Taylor Swift tidak hanya piawai dalam membawakan lagu-lagunya, tapi juga dalam membuat lirik lagu dan dibalut musik yang sederhana namun mengena. Belum lama ini, Taylor Swift merilis album terbarunya bertajuk Folklore, yang dirilis Jumat (27/7) lalu.

Kali ini, Swift mengejutkan penggemarnya karena tak pernah memberi kabar terkait pengerjaan album folklore. Di samping itu, ia juga kembali berganti genre. Kali ini ia beralih ke folk dan alternatif. Pergantian genre ini menjadi yang kedua kalinya, setelah beranjak dari country ke pop lewat 1989 (2014).
Meskipun sebelumnya Swift pernah merilis lagu folk,” Safe and Sound” pada 2011 lalu, kini ia tak perlu lagi membuat album ‘peralihan’ seperti dalam Red (2012). Lewat folklore, Swift seolah tak perlu upaya keras untuk masuk ke ranah alternatif, tanpa kehilangan jati diri apalagi ‘pasar’.

 

Kerja Sama Aaron Dessner dan Jack Antonoff

Kekuatan lirik naratif yang sudah menjadi modalnya tereksplorasi baik berkat menggandeng dua musisi genius, Aaron Dessner dan Jack Antonoff. Nama Antonoff sudah tak asing karena keduanya telah menghasilkan album 1989, reputation (2017), dan Lover (2019). Namun dengan Dessner, album folklore adalah kolaborasi pertama mereka. Kolaborasi Swift dengan Antonoff dan Dessner ini pun kemudian menghasilkan jajaran musik yang unik dalam folklore. Secara umum, ada dua nuansa yang berbeda terasa dalam album ini. Nuansa folk, indie-folk, serta instrumental Dessner terlihat dalam sejumlah lagu seperti The 1, Cardigan, dan Exile.
Sementara itu, nuansa yang lebih pop, synth-pop, keluar dari kolaborasi bersama Antonoff. Nuansa itu terlihat di Mirrorball, August, dan This is me trying. Lagu-lagu yang digarap Antonoff juga masih mengingatkan akan sejumlah lagu dalam Reputation juga Lover.

Swift membuktikan kejeniusannya dalam bermusik. Lagu kolaborasi dengan Antonoff disesuaikan dengan 11 lagu yang Swift buat bersama Dessner. Hasilnya, lima lagu yang dibuat Swift bersama Antonoff masih ‘nyambung’ dengan sebagian besar lagu lainnya. Hal itu membuat folklore menjadi album yang kohesif tanpa kehilangan jati diri seorang Taylor Swift.

Berbicara soal jati diri Taylor Swift, album folklore juga masih menyimpan sisi country musisi itu lewat lagu betty. Lagu yang digarap Swift, Dessner, dan Antonoff ini memiliki cita rasa country-pop yang sudah ia bawa dari Fearless (2008), Speak Now (2010), dan Red (2012).

 

Sekilas Tentang Folklore

Melalui folklore, Taylor Swift tak lagi hanya mengisahkan soal kehidupan pribadinya. Bahkan, sebagian besar lagu dalam album ini adalah rekayasa dan hasil imajinasinya sendiri.

“Saya kemudian bukan hanya menulis kisah saya sendiri. Namun, saya juga menulis dari perspektif orang yang tak pernah saya temui, ketahui, atau mereka yang saya harap tak pernah saya miliki,” katanya.

Keputusan ini terbilang menarik, mengingat selama bertahun-tahun Taylor Swift selalu disebut mengandalkan kisah percintaannya atau pengalaman hidupnya sebagai materi lagu. Kali ini, ia seolah mematahkan tudingan tersebut. Salah satu ‘senjata’ Swift untuk mematahkan tudingan itu adalah lagu Cardigan. Lagu ini hasil imajinasi Swift atas kisah cinta segitiga yang dialami tiga remaja imajinatif-nya.

 

*Sumber: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200803172338-227-531719/review-album-taylor-swift–folklore

https://lifestyle.kontan.co.id/news/album-folklore-taylor-swift-terjual-2-juta-salinan-di-pekan-pertama-raih-rekor-baru

*Foto: https://www.nme.com/blogs/taylor-swift-new-album-folklore-hidden-references-meanings-easter-eggs-2714814