EVENT / Others / May 2018

Prosesi Menghias Kamar Pengantin ala Adat Tionghoa

Tradisi

Melihat euforia zaman yang serba modern, terkadang memancing kerinduan untuk kembali  ‘memeluk’ tradisi yang menjadi akar budaya para leluhur. Zaman boleh berubah, gaya hidup selalu berganti, namun yang tradisi akan selalu punya ruang sendiri di hati.

 

Meski prosesinya cenderung rumit, namun ritual adat dapat mengingatkan seseorang akan sejarah asal-usulnya. Mengenal lebih dekat tradisi dari para leluhur itulah yang memotivasi sebagian orang merayakan pernikahannya dalam tata cara adat tradisional.  Menata kamar pengantin misalnya, tradisi asal negeri Cina ini biasanya dilakukan seminggu sebelum hari pernikahan.

 

Dalam budaya Cina, mempelai pria mempersiapkan ranjang baru untuk menyambut kehidupan barunya sebagai seorang pemimpin keluarga. Tepatnya setelah upacara sanjit, pihak keluarga pria memasang seprei dan menghiasnya dengan sentuhan warna merah (lambang kebahagiaan dan semangat hidup). Orang yang menata kamar harus perempuan yang sudah menikah, mapan, dan punya anak laki-laki.

 

Kenapa harus punya anak laki-laki? Diharapkan agar calon pengantin juga bisa mendapatkan keturunan laki-laki. Bagi orang Tionghoa, anak laki-laki sangat diharapkan guna melanjutkan marga. Penataan kamar juga dilakukan oleh orang tua calon mempelai pria.

 

Kebanyakan benda di dalam kamar ditempelkan tulisan Mandarin 双喜 (double joy), mulai dari pintu kamar, lemari, hingga barang-barang pribadi. Ada pula hiasan yang umumnya telah digunakan sejak zaman dulu, yakni kertas bergambar bebek peking, burung phoenix dan naga, yang ditempel masing-masing sepasang.

Peran Wanita

Sementara pihak wanita yang datang ke tempat mempelai pria harus membawa sepasang koper, simbol ia sudah diterima oleh keluarga pria. Koper yang dibawa biasanya dilapisi uang  sebagai “modal” pengantin wanita agar suatu hari tidak direndahkan keluarga mertuanya.

 

Uang bisa ditebarkan, atau disusun menyerupai kipas. Jumlah uang harus genap dan pecahannya harus lengkap mulai dari pecahan yang paling besar hingga ke pecahan paling kecil. Konon, semakin banyak jumlah uangnya semakin tinggi derajatnya di mata keluarga mertua.

 

Koper yang dibawa harus berisi perlengkapan wanita, seperti baju, pakaian dalam, perhiasan, hingga skin care dan alat makeup. Kemudian, di dalam koper juga ditebarkan “angco” atau red dates bersama biji teratai – dengan harapan pengantin baru lekas diberikan keturunan.

 

Prosesi akan semakin meriah saat beberapa orang meminta anak kecil meloncat-loncat di atas tempat tidur pengantin. Hal ini dipercaya agar sang pengantin cepat mendapatkan keturunan. Setelah itu, isi koper dibongkar dan diletakkan ke dalam lemari – disaksikan oleh pihak keluarga pria.

 

*Sumber: http://thewedding.id/planning-2/prosesi-menghias-kamar-pengantin-adat-pernikahan-tionghoa-45930

*Foto: http://thewedding.id/bulan-madu/kamar-pengantin-romantis-7567