EVENT / Others / August 2018

Ragam Makna Di Balik Janur Pernikahan

Jika Anda berdomisili atau lahir di daerah Jawa dan Bali, Anda tentu tidak asing lagi dengan janur kuning. Pelepah daun muda berwarna kuning keputihan ini merupakan tanaman tropis dari pohon kelapa yang tumbuh subur di Indonesia. Janur banyak dimanfaatkan untuk berbagai hal. Mulai dari perangkat keperluan kuliner seperti pembuatan ketupat, ritual tradisi, keagamaan, hingga elemen estetika dekoratif.

Janur kuning sendiri lazimnya digunakan sebagai penghias sekaligus penanda sebuah ritual, perayaan atau perhelatan besar. Tidak terkecuali pesta pernikahan. Selain  mempermanis atau mempermudah seseorang menemukan tempat pernikahan dilaksanakan, pemasangan janur memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dilansir dari laman hipwee, berikut kami ulas seputar janur kuning.

 

Secara bahasa, janur kuning punya makna tertentu yang berasal dari serapan bahasa Jawa dan bahasa Arab.

Asal kata ‘janur’ berasal dari bahasa Jawa yang juga mengandung serapan bahasa Arab, yakni sejane neng nur yang berarti arah menggapai cahaya Ilahi. Sementara kata ‘kuning’ menurut beberapa literatur menyebutkan bahwa maknanya adalah sabda dadi, yang artinya berharap semua keinginan yang dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening akan terwujud.

Dengan demikian, janur kuning mengisyaratkan harapan yang mulia untuk mendapatkan ridho Ilahi dengan diiringi jasmani dan rohani yang bersih. Harapan yang baik ini diwujudkan dengan pelaksanaan hajatan yang baik pula.

Ada beberapa macam janur kuning yang digunakan dalam upacara perayaan pesta pernikahan, antara lain:

Kembar Mayang

Dalam tradisi perkawinan adat Jawa, janur dirangkai menjadi kembar mayang yang dipajang di pelaminan. Kembar mayang dibuat sebanyak dua buah yang sejenis, sesuai dengan namanya; kembar. Bagian-bagian yang terdapat pada kembar mayang  diantaranya tatakan, awak, dan mahkota. Kembar mayang tersebut merupakan simbol penyatuan perasaan hati, pikiran, dan perbuatan dua individu dalam rumah tangga. Sementara warna keputihan pada janur diharapkan menjadi doa agar cinta dan kasih sayang. Tentunya di antara mempelai selalu muda dan bersemi laiknya sebuah janur.

Salah satu teknik yang dipakai untuk melengkapi bentuk kembar mayang adalah menggunakan teknik gembung, yang merupakan teknik baru dengan bentuk lebih besar di bagian bawah, makin ke atas makin mengecil. Gembung ini sebagai simbol yang memiliki makna penyembahan terhadap Sang Pencipta.

Mayang Sari atau Gagar Mayang

Hiasan janur yang satu ini biasanya ditempatkan di samping kanan dan kiri kursi pelaminan. Mayang sari tingginya kira-kira 180 cm, jumlahnya 2 buah, bentuknya boleh sama atau berbeda tergantung selera si pembuat. Bagian-bagiannya sendiri terdiri dari mahkota (kipas, buah-buahan dan bunga), badan bagian atas, badan bagian bawah dan tatakan. Pada bagian ujung atasnya dihias dengan buah-buahan atau bunga hidup.

Umbul-umbul atau Penjor

Dalam tradisi masyarakat Jawa, umbul-umbul, penjor atau layur biasanya dipasang di depan rumah atau jalan masuk menuju tempat pesta. Fungsinya sebagai penanda atau penunjuk jalan ke rumah mempelai mengadakan pesta. Umbul-umbul dibuat dengan sebatang bambu yang dihiasi dengan daun kelapa yang kuning hingga melambai di ujung bambu.

Sementara di Bali, rangkaian janur yang disebut penjor ini lebih dominan digunakan sebagai alat dalam upacara adat penduduk setempat. Penjor biasanya dirangkai dalam berbagai bentuk dan umumnya berupa umbul-umbul yang diikat pada sebuah bambu panjang. Janur ini merupakan hal yang disakralkan karena dijadikan sebagai simbol rasa syukur atas anugerah yang telah diberikan Sang Pencipta. Bahkan dalam beberapa kesempatan, penjor juga digunakan sebagai saranan penangkal bala.

Kebudayaan masyarakat Jawa-Bali pada umumnya menyimbolkan keberkahan dengan menggunakan benda-benda. Tidak berbeda dengan pemasangan janur kuning yang memiliki arti membawa sebuah makna dan harapan.

 

*Sumber: https://www.hipwee.com/wedding/bukan-hanya-jadi-penanda-tempat-hajatan-inilah-makna-filosofis-dibalik-janur-kuning-pernikahan/

*Foto: https://www.hipwee.com/wedding/bukan-hanya-jadi-penanda-tempat-hajatan-inilah-makna-filosofis-dibalik-janur-kuning-pernikahan/