EVENT / Others / August 2018

Menjawab Pertanyaan “Kapan Menikah?”

Pertanyaan “Kapan menikah?” dari kerabat atau pun keluarga sering kali terasa mengganggu setiap orang, khususnya wanita. Walaupun terdengar sederhana, namun pertanyaan seperti ini terkesan sangat mengintimidasi dan memberikan ‘tekanan’ psikologis pada seseorang.

Kita memang tidak bisa mengontrol apa yang orang lain ingin utarakan. Namun kita bisa berdamai dengan mereka dengan cara yang tepat dan elegan. Berikut tanggapan-tanggapan yang bisa Anda berikan seperti dilansir dari laman vemale.com:

 

Pernikahan Bukan Ajang Balapan

Pernikahan itu bukan garis finish, karena hidup bukan arena balap. Hidup tidak kemudian menjadi penuh kisah indah setelah menikah. Terdapat tanggung jawab yang lebih besar ketika pernikahan disahkan. Ada masa yang mungkin tidak mengenakkan yang harus kita antisipasi.

selain itu, ada juga bibir-bibir kecil kelak yang harus kita beri makan dan kaki-kaki kecil yang harus kita bimbing, karena semua akan dipertanggungjawabkan. Sejatinya pernikahan tidak butuh hanya kuantitas, tapi juga kualitas.

 

Pernikahan Bukan Tempat Mimpi Terhenti

Banyak orang bilang jika berdua lebih baik ketika kita menghadapi segalanya, tetapi di beberapa kasus malah berdua terasa lebih berat untuk maju ke depan. Ini karena ada perbedaan visi yang tidak bisa disatukan. Pernikahan itu perjalanan yang panjang menuju kebaikan.

Ada beberapa yang memang layak untuk dikompromikan, tetapi beberapa mimpi sangat layak untuk diperjuangkan. Pasangan yang tepat butuh dicari dengan cermat, sehingga tidak ada mimpi yang terkubur hanya karena berbeda pendapat.

 

Analogi Mie Instant

Sesuatu yang sakral tidak bisa serta-merta direalisasikan bagaikan mie instant yang lima menit diseduh kemudian matang. Karena yang spesial butuh waktu untuk benar-benar layak dimakan. Rawon yang nikmat dimasak sehari sebelum disajikan, terus dipanaskan hingga siap di meja makan. Ada beberapa hal yang harus direncanakan matang-matang.

Masih Ada Prioritas Lain 

Ada angan yang memang tidak bisa disegerakan, bukan karena tidak ingin, tetapi ada prioritas lain yang ingin dikedepankan. Ada tanggung jawab lain yang menuntut untuk diselesaikan. Semua orang butuh proses yang tidak sama, karena setiap orang mempunyai prioritas yang berbeda.

Menikah Bukan Perkara Usia Saja

Semakin dewasa, ada banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dan direnungkan. Pembelajaran ini tidak datang hanya saat kita dalam fase menikah. Semua orang punya kemampuan untuk mengambil hikmah dari semua fenomena yang sudah diberikan oleh semesta. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia ketika kita mau belajar dan menjadi lebih baik lagi. Semua kegagalan dan semua pencapaian merupakan hal yang bisa kita ramu menjadi suatu kebaikan di fase kehidupan kita berikutnya.

 

Ada peran Tuhan dalam Jodoh dan Pernikahan

Jadi kita harus percaya dulu bahwa manusia itu kapasitasnya hanya sebatas perencana. Pemilik semesta itu sang pengambil keputusan yang terhebat di waktu yang paling tepat. Kalau kematian saja tak terhindarkan, apalah susahnya mewujudkan pernikahan kalau itu memang sudah digariskan? Ketika pemilik semesta mengiyakan, kita harus yakin pasti semua jalan dipermudah.

 

*Sumber: https://www.hipwee.com/list/6-tanggapan-elegan-saat-diberondong-pertanyaan-kapan-nikah/

*Foto: https://buzzsouthafrica.com/funny-random-questions/